Kenakalan Remaja Terisolir (Delinkuensi Terisolir)
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari kenakalan remaja. Pada 
umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal 
mereka didorong oleh faktor-faktor berikut: 1) Keinginan meniru dan 
ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan 
atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan. 2) Kebanyakan berasal 
dari daerah kota yang transisional sifat yang memiliki subkultur 
kriminal. 3) Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak
 harmonis, dan mengalami banyak frustasi. 4) Remaja dibesarkan dalam 
keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan 
kedisiplinan yang teratur, sebagai akibatnya dia tidak sanggup 
menginternalisasikan norma hidup normal. 
Kenakalan remaja ini disebabkan karena faktor lingkungan terutama tidak 
adanya pendidikan kepada anak, sehingga anak cenderung bebas untuk 
melakukan sesuatu sesuai kehendaknya.
Kenakalan Remaja Neurotik (Delinkuensi Neurotik)
Pada umumnya, kenakalan remaja tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang
 cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, 
merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya 
adalah: 1) Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang 
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma, dan 
nilai subkultur gang yang kriminal itu saja. 2) Perilaku kriminal mereka
 merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. 3) 
Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan 
jenis kejahatan tertentu. 4) Remaja nakal ini banyak yang berasal
 dari kalangan menengah. 5) Remaja memiliki ego yang lemah, dan 
cenderung mengisolir diri dari lingkungan. 6) Motif kejahatannya 
berbeda-beda. 7) Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif (paksaan). 
Kenakalan Remaja Psikotik (Delinkuensi Psikopatik) 
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat
 dari kepentingan umum, dan segi keamanan, kenakalan remaja ini 
merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka
 adalah: 1) Hampir seluruh remaja delinkuen psikopatik ini 
berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, 
diliputi banyak pertikaian keluarga. 2) Mereka tidak mampu menyadari 
arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran. 3) Bentuk 
kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau, dan 
tidak dapat diduga. 4) Mereka selalu gagal dalam menyadari dan 
menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak 
peduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri. 5) Kebanyakan dari 
mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga mengurangi kemampuan
 untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan 
mental dengan karakteristik sebagai berikut: tidak memiliki 
pengorganisasian dan integrasi diri, orangnya tidak pernah bertanggung 
jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan 
hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial, dan selalu menentang apa, 
dan siapapun tanpa sebab.
Kenakalan remaja ini pada tahap yang serius karena mengarah ke kriminal,
 dan sadisme. Kenakalan ini dipicu adanya perilaku turunan atau tingkah 
laku dari keluarga (orang tua) yang berbuat sadis, sehingga anaknya 
cenderung untuk meniru. 
Kenakalan Remaja Defek Moral (Delinkuensi Defek Moral) 
Defek (defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Kenakalan remaja defek
 moral mempunyai ciri-ciri: selalu melakukan tindakan anti sosial, 
walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi 
pada inteligensinya. Kelemahan remaja delinkuen tipe ini adalah 
mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, 
juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin 
melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa 
kemanusiaannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi 
jadi ada kemiskinan afektif, dan sterilitas emosional.
Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga
 pembentukan super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap pada taraf 
primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat 
puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai 
agresivitas yang meledak. Remaja yang defek moralnya biasanya menjadi 
penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yang 
melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, impuls, 
dan kebiasaan primitif, di antara para penjahat residivis remaja, kurang
 lebih 80 % mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi, dan 
perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. 
Hanya kurang dari 20 % yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor 
sosial atau lingkungan sekitar.
Jensen dalam Sarwono, membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk: 1) 
Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, 
perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. 2) Kenakalan yang 
meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, 
dan lain-lain. 3) Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di 
pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas. 
4) Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak 
sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah 
perintah. 
Dari beberapa bentuk kenakalan pada remaja dapat disimpulkan bahwa 
semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri
 dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya 
kenakalan remaja terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan 
status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku
 yang mengakibatkan korban materi, dan perilaku yang mengakibatkan 
korban fisik.
sumber: http://alpianku.blogspot.co.id/2013/06/bentuk-bentuk-kenakalan-remaja-menurut.html






 
0 komentar:
Posting Komentar